DUTABLOG.COM - Tanjung Pinang salah satu Kota yang berada di Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau memilki Pulau yang kaya akan warisan sejarahnya ialah Pulau Penyengat.Pulau Penyengat adalah saksi saat Kerajaan Kesultanan Riau memerjuangkan kemerdekaan dari penjajah pada abad ke-18. Pulau Penyengat hanya memiliki luas 3,5 meter persegi akan tetapi memiliki pesona tersendiri dengan segala kealamiannya didukung dengan cuaca yang sejuk. Hanya memerlukan waktu 15 menit dari Kota Tanjung Pinang dengan menggunakan perahu seharga Rp7.000 per orang. Sesampainya di dermaga Pulau Penyengat, kamu harus berjalan kurang lebih 200 meter untuk tiba di gerbang pulau.
Selidik punya selidik, nama Pulau Penyengat ini diambil dari kisah zaman dulu bahwa Pulau ini sering jadikan tempat singgah para pelaut untuk mengambil bekal air minum karena air sumurnya masih tawar. Datanglah sekelompok pelaut yang malah melanggar pantangan di pulau tersebut. Sekelompok pelaut tiba-tiba disengat gerombolan lebah dan tawon hingga banyak yang meninggal dunia. Dari sejak itu, Pulau ini dinamakan Pulau Penyengat.
Pulau Penyengat pun memiliki cerita lain, konon Pulau ini merupakan mahar dari Sultan Riau, Sultan Mahmud III untuk menikahi Raja Hamidah atau Engku Putri. Engku Putri digambarkan sebagai sosok yang tegas dan karismatik seseorang yang berasal dari keluarga bangsawan Melayu dan Bugis. Engku Putri merupakan anak dari Raja Haji Filsabilillah, seorang pemimpin dan Laksamana kerajaan Riau yang berani dalam memerangi penjajah. Raja Hamidah atau Engku Putri setia menemani pangeran Sultan Mahmud III hingga akhir hayat. Semasa hidup Sultan Mahmud III pun menjadikan Engku Putri sebagai penasihatnya. Nmaun setelah Sutltan wafat, terjadi perebutan kekuasaan dari dalam dan juga penjajah. Namun Engku Putri tetap mempertahankan pusat Kesultanan hingga beliau wafat. Riwayat ini atau Tuhta al-Nafis ditulis oleh Pujangga Kesultanan Riau, Raja Ali Haji.
Nah, bangunan-bangunan peninggalan di masa itu seperti Masjid Raya Sultan Riau (landmark dari Pulau Penyenggggat), Gedung Mesiu, Komplek Makam Raja Abdurrahman, Komplek Makan Raja Ali Haji, Istana Tengku Bilik dan Istana Kantor bisa kamu kunjungi satu persatu dengan menggunakan bentor (beca motor) seharga Rp30.000 per trip untuk dua orang penumpang atau menyewa sepeda dan sepeda motor. Untuk menyewa sepeda tarifnya Rp10.000 perjam sedangkan sepeda motor Rp20.000 perjam.
Masjid Raya Sultan Riau
Masjid besar ini semakin mencolok karena warnanya yang kuning menyala. Warna kuning Masjid ini ternyata dari salah satu bahan material yang digunakan yakni kuning telur. Sedangkan putih telurnya digunakan untuk perekat disatukan bersama pasir dan kapur. Alhasil hal tersebut berhasil dan membuat kokoh bangunannya yang berdiri sejak 1832. Desain interir dari Masjid Raya Sultan Riau memang sederhana tetapi di dalamnya terdapat barang-barang penting seperti mushal Al-Qur’an yang sudah berumur 1752 masehi dan juga ada sepiring pasir dari tanah yang diambil dari Mekkah saat Raja Ahmad Engku Haji Tua menunaikan ibadah haji pada 1820.
Gedung Mesiu
Gedung yang berwarna kuning kusam tapi berdinding tebal tersebut dulunya merupakan tempat penyimpanan mesiu untuk meriam. Selain dijadikan gudang, ruangan ini juga pernah dijadikan penjara pada masa kerajaan.
Makam Raja Abdurrahman
Komplek pemakaman ini berada di atas bukit. Sehingga kamu dapat melihat pemandangan termasuk menyaksikan megahnya Masjid Sultan Rau dari bukit ini. Makam Raja Andurrahman merupakan makam dari seseorang yang sangat berjasa dalam pembangunan Masjid Raya Pulau Penyengat yakni raja yang dipertuan muda VII kerajaan Riau-Lingga.
Lagi dan lagi warna kuning pun menjad warna untuk makam ini dengan sedikit sentuhan warna hijau di bagian sisinya. Terdapat gapura yang memiliki dua daun pintu pada bagian depan makam yang digunakan untuk jalan masuk. Di atas gapura terdapat hiasan menyerupai daun dan setiap sudut tembok pagar makam terdapat pahatan berbentuk kendi.
Komplek Makam Raja Ali Haji
Raja Ali Haji sangat berjasa dalam perkembangan tata bahasa Melayu standar. Raja ALi Haji telah menciptakan 12 gurindam yang sampai sekarang sekarang melekat pada kebudayaan Melayu. Beliau pun melahirkan karya-karya sastra yang mengakar pada kesusastraan Islam.
Istana Kantor
Istana ini dulunya digunakan oleh Raja Ali Haji sejak 1844 hingga 1857 untuk membuat Gurindam Dua Belas dan karyasastra lainnya. Istana kantor juga merupakan pusat kegiatan di Pulau Penyengat. Istana Kantor sering juga disebut Marhum Kantor. Kini, bangunan yang berada di atas lahan satu hektar masih berdiri kokoh walau sudah kusam.
Bagaimana, menarik bukan jika berlibur ke Pulau Penyengat. Banyak pengetahuan yang akan kita dapatkan saat tiba di sana dan tentunya foto-foto yang bersejarah. Tiket penerbangan menuju Tanjung Pinang pun mudah didapatkan. Harga tiket dari Jakarta menuju Tanjung Pinang berkisar di Rp500.000 hingga Rp1.000.000,- Agar lebih mudah, kamu dapat menggunakan maskapai penerbangan Nam Air ang menyediakan rute menuju Tanjung Pinang. Dapatkan harga diskon tiket pesawat Nam Air di Reservasi.com dengan memasukkan kode promo tertentu. Info lebih lanjut silakan cek website www.reservasi .com atau download aplikasinya.
Kamu suka artikel seperti ini? Jika suka silakan klik bagikan pada artikel ini
EmoticonEmoticon